This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Sabtu, 24 Desember 2011

PERANG SALIB

Penyebab
          Pada tahun 464 H (1071 M) tentara Alp Arselan dari dinasti Seljuk yang hanya berkekuatan 15.000 berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa Manzikart. Peristiwa ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasa sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam 3 periode.
1. Periode Pertama
          Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa yang sebagian besar bangsa Perancis dan Norman berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 8 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di timur dengan Bohemond sebagai rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah itu, mereka melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan Tyre (1124M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond
2. Periode Kedua
          Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, Edessa pada tahun 1144 M. Namun Ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Dia kemudian berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kejatuhan Edessa membuat orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka di hambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalah al-Din al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalah al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib di pimpin oleh Frederick Barbossa (raja Jerman), Richard the Lion Heart (raja Inggris), dan Philip Augustus (raja Perancis). Pasukan ini bergerak tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah al-Din, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalah al-Din yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
3. Periode ketiga
          Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina. Frederick menjamin keamanan kaum muslimin disana, dan tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan selanjutnya, Palestina dapat direbut oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik -- yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah -- pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin.
          Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana. Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari Tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali karena peperangan ini terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintah pusat Abbasiyah di Baghdad.

JAZIRAH ARAB

Keadaan Bangsa & Jazirah Arab Sebelum Islam 
          Jazirah Arab ialah sebuah Tanah Penanjung terletak di bagian Barat Daya Benua Asia dan dilingkungi oleh lautan dari tiga seginya, yaitu Lautan Merah, Lautan Hindia, Lautan 'Omman dan selat Persia. Jazirah Arab sesungguhnya tidak terdiri dari gurun sahara yang luas saja tetapi juga disitu terdapat tanah tanah yang subur yang telah ditanami semenjak beribu-ribu tahun. Sebagian orang menyangka, bahwa hidup di tengah-tengah gurun itu tidak mungkin. Biarpun panas tetapi baik buat kesehatan. Keadaan alam dan iklim Jazirah Arab memberikan sifat-sifat rajin, giat, gesit, ringan kaki dan mudah bergerak kepada penduduknya. 
          Jazirah Arab terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Di bagian Tengah terdapat gurun Sahara yang didiami suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput untuk kambing dan unta mereka. Adapun daerah pesisir bila dibandingkan dengan Sahara bagaikan pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata pencaharian petani dan berniaga, karena itu mereka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan. Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap hidup dalam budaya kesukuan badui. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang, karena itu peperangan antar suku sering sekali terjadi, sikap ini nampaknya telah manjadi tabiat yang menjadi darah daging dalam orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir. Akibat peperangan terus menerus membuat kebudayaan mereka tidak berkembang, karena itu bahan-bahan sejarah Arab pra-Islam sangat langka didapatkan di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. 
          Dengan kondisi alami yang seperti tidak pernah berubah itu, masyarakat Badui pada dasarnya tetap berada dalam fitrahnya. Kemurniannya terjaga, jauh lebih murni dari bangsa-bangsa lain. Dasar-dasar kehidupan mereka mungkin dapat disejajarkan dengan bangsa- bangsa yang masih berada dalam taraf permulaan perkembangan budaya. Bedanya dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk Badui adalah seorang penyair. Melihat bahasa dan hubungan dagang bangsa Arab, Leboun berkesimpulan, tidak mungkin bangsa Arab tidak pernah memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan dagang itu berlangsung selama 2000 tahun. Ia yakin, bangsa Arab ikut memberi saham dalam peradaban dunia, sebelum mereka bangkit kembali pada masa Islam.

Jumat, 23 Desember 2011

RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD SAW

Sebelum Masa Kerasulan
          Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Mekkah adalah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri arab. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syria di utara. Dengan adanya Ka'bah di tengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka'bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk.
          Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah anak dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi terkenal dengan nama tahun gajah (570 M). Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia) dengan menunggang gajah menyerbu Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah.
          Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia 3 bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih 2 tahun Ia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika menginjak usia 6 tahun dia menjadi yatim piatu, seakan-akan Allah SWT ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir. Allah SWT berfirman: "Bukankah Allah mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Allah mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk" (QS 95: 6-7).
          Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, 2 tahun kemudian dia meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk kota Mekkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga Ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda Ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
          Nabi Muhammad SAW ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syam (Syria) dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, Ia bertemu dengan pendaeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
          Pada usia yang ke 25, Muhammad berangkat ke Syria dengan membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran ini diterima dan perkawinan segera dilaksanakan ketika usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Mereka kemudian di karuniai 6 orang anak, 2 putera dan 4 puteri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Masa Kerasulan
          Menjelang usianya yang ke 40, dia sudah terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di utara Mekkah. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui" (QS 96: 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah SWT sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Setelah wahyu pertama itu datang , Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya, wahyu itu berbunyi sebagai berikut: "Hai orang yang berselimut. Bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah perbuatan dosa. Dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah" (Al-Mudatstsir: 1-7). Dengan turunnya perintah tersebut, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Mula-mula istrinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak Abu Bakar. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidilllah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri.
          Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilakukan secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula Ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, "Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?". Mereka semua menolak kecuali Ali. Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Menurut Ahmad Syalabi, ada 5 faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu:
(1). Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
(2). Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
(3). Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
(4). Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
(5). Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara di tempuh untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW, termasuk mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan: "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya".
          Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu gagal di tempuh, tindakan-tindakan kekerasan pun mulai intensif dilakukan. Tapi semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar bin Khathab. Dengan masuk Islamnya 2 tokoh besar ini posisi umat Islam semakin kuat. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Tidak lama kemudian, Abu Thalib paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya meninggal dunia dalam usia 87 tahun. 3 hari setelah itu, Khadijah istri beliau pun meninggal juga. Peristiwa itu terjadi di tahun ke 10 kenabian. Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra' dan memikrajkan beliau. Berita tentang Isra' dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Setelah peristiwa itu, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk Yastrib yang berhaji ke Mekkah. Mereka terdiri dari suku Aus' dan Khazraj masuk Islam dalam 3 gelombang. Mereka pun meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yastrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul mereka. Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya, waktu yang mereka tunggu-tunggu itupun akhirnya tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula disebut Madinatul Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja.